Inilah Menu Sarapan Pagi untuk Turunkan Berat Badan


Menu Sarapan Pagi untuk Turunkan Berat Badan

Di tahun yang baru, sebagian wanita bertekad tampil lebih cantik, langsing, sehat, dan bugar. Salah satu caranya adalah dengan mengubah gaya hidup dan pola makan. Jangan lupa, sarapan pagi pun penting untuk meningkatkan metabolisme Anda.

Namun, tidak mudah memilih menu untuk sarapan pagi. Ada orang yang tak bisa memulai hari tanpa menyantap nasi atau meminum kopi. Tanpa sadar, beragam kebiasaan saat sarapan pagi malah menambah berat badan. Nah, bagaimana agar menu sarapan pagi Anda mampu menurunkan berat badan?

Pertama, jangan tunda sarapan pagi Anda. Beragam studi menunjukkan sarapan pagi membantu mendongkrak metabolisme Anda. Jadi, pastikan Anda menyantap sarapan pagi Anda antara 30 hingga 60 menit setelah bangun pagi untuk memanfaatkan kemampuan tubuh Anda membakar lemak.

Sarapan pagi sebelum beraktivitas juga membantu memastikan Anda tidak merasa lapar ketika banyak kegiatan di pagi hari. Lalu, bagaimana jika Anda bukan tipe orang yang bisa menyantap makanan di pagi hari? Cobalah menikmati buah atau sayur yang dihaluskan (sejenissmoothie)sebagai pengganti makanan.

Kedua, konsumsi protein di pagi hari. Salah satu sumber protein adalah susu atauyogurt.Protein dapat membantu Anda mencegah rasa lapar, membuat Anda makan tak terlalu banyak dan menurunkan berat badan. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang menyantap telur di pagi hari, berat badannya akan turun dua kali lipat.

Protein dalam telur membantu mengurangi rasa lapar, yang kemudian membuat Anda menyantap lebih sedikit kalori sepanjang hari. Makanan berprotein tinggi juga membantu Anda merasa kenyang lebih lama dan tetap berenergi sepanjang hari, sebab tubuh mencerna protein lebih lambat ketimbang zat lainnya.

Terakhir, tambahkan pisang ke dalam menu sarapan pagi Anda. Menyantap pisang atau oat(havermut) di pagi hari membantu Anda tetap merasa kenyang dan membantu membakar lebih banyak kalori. Oleh karena itu, pisang sangat baik untuk asupan energi Anda dalam beraktivitas.
Sumber:kompas.com
Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor: Alvin Dwipayana

Sulit Hamil Lagi Setelah Kegagalan Kehamilan Pertama

TANYA:



Selamat malam dok, saya sudah menikah hampir dua tahun. Sebelumnya saya sudah pernah hamil. Di usia kehamilan 25 minggu saya melahirkan spontan tetapi bayi saya meninggal dalam kandungan.



Saat ini saya merencanakan kehamilan yang kedua tapi sampai detik ini saya belum kunjung hamil, padahal saya tidak ber-KB. Yang ingin saya tanyakan, apakah kesuburan saya terganggu setelah kehamilan pertama. Belakangan ini siklus menstruasi saya tidak teratur, kadang dua bulan sekali.



Apakah setiap bulan seorang wanita harus mengeluarkan sel telurnya agar siap dibuahi? Terimakasih atas jawaban dokter.

Ida Fitri (23), Tegal



JAWAB:



Ibu Ida Fitri yth,

Untuk hamil lagi diperlukan persiapan yang matang. Ibu harus sehat jiwa dan raga. Riwayat kehamilan sebelumnya bisa mempengaruhi persiapan hamil ini.



Untuk sehat fisik ibu upayakan makan yang bergizi. Jangan sampai jadi gemuk. Bebaskan dari rokok, kopi dan alkohol. Olah raga secara teratur dan cukup istirahat.

Untuk sehat psikis, ibu upayakan untuk tidak stress, capek atau sibuk. Kalau memerlukan advis psikolog karena riwayat kehamilan terdahulu, juga boleh.

Dengan persiapan yang baik, maka kualitas telur dan sperma juga bagus. Dan akhirnya bayinya juga sehat.



Untuk kesuburan, memang normalnya setiap bulan akan ada telur yang matang, tapi itu juga terkait dengan aktivitas ibu. Kalau sedang sakit, capek atau sibuk maka seringkali telurnya tidak matang. Jadi kembali lagi, ibu harus dalam keadaan sehat.

Editor: Lusia Kus Anna
sumber:kompas.com

Stres Menghambat Empati

Tenggang rasa atau berempati kepada orang lain ternyata tak hanya unik pada manusia. Tikus juga bisa berempati. Di antara keduanya, empati makin kuat kepada orang yang dikenal dan sebaliknya, empati tak muncul kepada orang tidak dikenal.

Pemicu tidak munculnya empati kepada orang tak dikenal adalah stres. Namun jika hormon pemicu stres ditekan dengan obat atau sesuatu yang menyenangkan, seperti bermain video game, empati kepada orang asing akan meningkat lagi.

Penekanan hormon stres tersebut membuat rasa welas terhadap orang asing akan muncul sama seperti kepada orang yang sudah dikenal.

Temuan peneliti Kanada dan Amerika Serikat itu dipublikasikan dalam jurnal Current Biology. Jeffrey Mogil, peneliti dan ahli neurosains dari Universitas McGill, Montreal, Kanada, Jumat (16/1), mengatakan, sistem stres di otak memiliki hak veto terhadap sistem empati pada manusia.

”Hanya sedikit orang menyadari munculnya stres saat bersama orang yang tak dikenal dalam ruangan yang sama,” katanya. Untuk mengatasi stres dengan cepat, sejumlah permainan atau aktivitas pemecah kejenuhan (ice breaking) bisa dilakukan.(BBC/MZW)
Editor: Lusia Kus Anna
Sumber: KOMPAS

Hilangkan Kerutan di Wajah dengan Sel Punca


Hilangkan Kerutan di Wajah dengan Sel Punca


SHUTTERSTOCK

Ilustrasi



Metode stem cell atau sel punca tak hanya bisa digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sel induk ini juga bisa digunakan untuk mengatasi kulit yang mengalami penuaan. Seperti diketahui, penuaan membuat makin banyak sel yang rusak.



Konsultan Stem Cell dari Unistem Clinic Karina F Moegni mengatakan, sel punca akan menggantikan sel-sel lama yang telah rusak pada bagian wajah. Dengan sel-sel baru, wajah bisa lebih kencang. Terapi sel punca bisa menjadi pilihan untuk mengencangkan kulit wajah yang menua tanpa operasi plastik estetika. Hal ini tentunya lebih diminati para wanita.



"Orang pengin lebih sehat dan cantik tanpa luka operasi. Stem cell enggak magic membuat wajah sangat kencang, tapi hasilnya natural," ujar Karina dalam seminar Teknologi

Autologous Stem Cell di Jakarta, Sabtu (17/1/2015).



Tak hanya bagian wajah, bagian leher, dan tangan yang telah terlihat keriput juga bisa terlihat kembali muda. Sel punca diambil dari lemak di bagian sekitar perut pasien. Menurut Karina, pada bagian itulah banyak terdapat sel punca.



Setelah itu, stem cell yang diambil akan disuntikan ke beberapa titik di bagian wajah. Terapi ini menggunakan teknik activated autologous atau mengambil sel dari tubuh pasien itu sendiri. Terapi tersebut juga bisa dilakukan lebih dari satu kali.



"Kalau hasilnya membaik tapi pengin membaik lagi, ya boleh stem cell lagi. Tapi harus dikasih jarak karena sel berkembang 6 bulan," terang Karina.



Sejauh ini, Karina pun sering mendapati pasien diabetes, anak berkebutuhan khusus, hingga osteoartritis.


Sumber:

Penulis: Dian Maharani

Editor: Lusia Kus Anna

kompas.com

Ingin Langsing?Mulailah Atur Porsi Kalori

langsing''
shutterstock

Keinginan untuk memiliki tubuh yang langsing dan keren bisa membuat seseorang rela melakukan apa saja. Mulai dari mencoba berbagai diet yang sedang populer, pantang makanan tertentu, sampai melewati satu waktu makan. Sayangnya berbagai usaha tersebut seringkali berakhir dengan kegagalan.

Menurut pakar penurunan berat badan, dr.Grace Judio Msc, minimnya informasi yang dimiliki membuat orang sering gagal menjalankan suatu metode diet.

"Kalau ingin diet harus tahu tujuannya, jangan hanya ikut-ikutan tren diet," katanya sesuai acara final Kompetisi LightWEIGHT Challenge di Jakarta (17/1/14).

Ia mengatakan, dalam menurunkan berat badan atau ingin menjaga agar berat badan tidak naik, yang harus dilalakukan adalah mengontrol asupan kalori.

"Kalori yang masuk harus lebih kecil daripada kalori yang dikeluarkan. Bukan hanya porsi yang dikurangi tapi kalorinya, misalnya membatasi gula, tepung, dan minyak," kata dokter yang banyak menangani pasien obesitas ini.
Untuk itu orang yang ingin diet harus memahami penghitungan dan perbandingan kalori. Misalnya, dalam satu donat ternyata jumlah kalorinya setara dengan 1,5 piring nasi. Dengan demikian kita bisa memilih makanan. Karena itu, perkaya ilmu Anda akan kontrol kalori ini melalui sumber terpercaya, misalnya dengan berkonsultasi dengan dokter ahli gizi.

Penghitungan kalori juga akan membuat kita akan mengonsumsi makanan yang besar tapi mengenyangkan namun kalorinya kecil. Pola makan seperti ini lebih mungkin dilakukan dalam jangka panjang.

"Terlalu ketat dalam diet dalam jangka pendek memang bisa menurunkan berat, tapi memeliharanya jauh lebih susah. Apalagi kalau hanya ikut-ikutan dan tak tahu prosedur yang baik seperti apa. Hal ini justru bisa menyebabkan stres dan berujung pada makan berlebihan," tuturnya.

Grace juga menekankan pentingnya memiliki motivasi dari dalam diri agar kita tidak mudah tergoda untuk makan berlebihan.
Sumber: kompas.com
(Monica Erisanti)